Assalamu alaikum sahabat
Apa kabar guys.....Tetap sehat, tetap
semangat ya....
Jadi ceritanya, pada hari
senin kemarin saya sempat jalan-jalan ke kwitang. Mencoba lihat-lihat toko buku
bekas yang memang berjajar disepanjang jalan ke arah persimpangan menuju pasar
senin dan kwitang raya. Dulu waktu awal kerja di jakarta,saya sempat kos
beberapa bukan di kawasan kwitang dalam, sebelum akhirnya pindah dan menetap di
Bekasi. Jadi jalan-jalan ini yaaa semacam napak tilas perjalanan hidup waktu
awal menghirup ibu kota lah setelah tujuh tahun hidup di pulau seberang hehehe.
Toko buku bekas di
kwitang sekarang tak seramai dan sepopuler jaman dulu. Jadi inget waktu jaman
saya kuliah dulu, setiap butuh buku buat referensi bahan kuliah, selalu
teringat dengan yang namanya buku bekas. Dan salah satu yang jadi idola waktu
itu ya kawasan ini. Namun sepertinya waktu berputar begitu cepat dan jaman
terus berkembang, kids jaman now sepertinya sudah bisa mendapatkan
banyak hal yang dibutuhkan dan atau diinginkan hanya melalui beberapa klik
layar komputer mereka atau smartphone tanpa harus mondar-mandir kesana kemari
dan barang yang dipilih sudah diantar ke alamat mereka. So simple..
Yang menarik dari toko
ini adalah, disamping mereka menjual bermacam-macam buku bekas, mereka juga
menawarkan buku replika – sebuah istilah baru untuk memperhalus karya bajakan –
dengan harga yang jauh lebih murah dibanding harga buku original, bahkan dari
buku ori bekas. Dari tampilan fisik awal nyaris kelihatan sama dan identik,
namun jika diperhatikan lebih dekat ternyata sangat jelas berbeda. Mugkin
secara konten isi sama, namun kualitas kertas dan tinta cetak sangat jauh
dengan kualitas buku aslinya. Namun dengan harga yang terpaut jauh sedangkan kontennya
sama, beberapa orang mungkin akan menjadikannya alternatif yang menarik untuk
dipilih. Dengan dana yang sama, seseorang bisa mendapatkan beberapa buku
replika a.k.a bajakan, daripada hanya mendapatkan sebuah buku ori saja. Namun
apakah hal tersebut benar-benar worth it untuk dilakukan? Nah,
disinilah saya tertarik untuk
membahasnya
Saya coba googling
tentang awal mula akivitas pembajakan buku semacam ini, dan menemukan fakta
yang cukup memprihatinkan. Ternyata kegiatan pembajakan buku di Negeri yang
kita cintai ini sudah berlangsung sejak tahun 1966. Di era tersebut mungkin
saya bisa memahami kondisi ekonomi masyarakat kita yang masih belum stabil,
sehingga kemampuan finansial masyarakat lebih diprioritaskan untuk memenuhi
kebutuhan hidup yang lebih premier, dan saat itu buku bukan termasuk sesuatu
yang penting untuk dimiliki semua orang. Saya sempat mengalami era dimana harga
buku pelajaran asli cukup mahal, dan itu hanya dimiliki oleh guru yang mengajar
kami, sehingga kami sekelas cuman bisa mengkopinya per siswa. Meskipun itu sama
sekali tak menurunkan semangat kami untuk menuntut ilmu, mengejar impian kami
(halah...hehehe), namun mengingatnya bikin saya malu juga, generasi masa depan
sudah menjadi pembajak justru ketika masih duduk di bangku sekolah. Beruntung
jaman sekarang semuanya jauh lebih baik. Hak cipta untuk buku pelajaran sudah
dimiliki oleh negara dan berhak diunduh dan dinikmati oleh seluruh rakyat
indonesia, jadi seharusnya sudah tidak ada lagi alasan bagi siswa kesulitan mendapatkan
buku pelajaran yang dibutuhkan. Semoga dengan ini masa depan dunia pendidikan
di negara ini semakin berkembang pesat. Amiin.
Kembali ke permasalahan
pembajakan buku. Bukan hanya buku pelajaran yang menjadi korban pembajakan,
segala macam jenis buku yang memiliki potensi rupiah yang menguntungkan, akan
mengalami yang namanya pembajakan. Dari dunia sastra yang paling terkena dampaknya
adalah Novel. Baik Novel karya anak bangsa sendiri, novel terjemahan, bahkan
novel luar asli pun sudah dapat kita jumpai versi KW-nya. Jelas ini merupakan
fenomena yang memprihatinkan.
Suatu saat saya
menginginkan sebuah novel, karena memang demi efesiensi waktu, saya mencoba
mencarinya di onlineshop. Sekali lagi saya dibuat terpukau, justru buku
bajakan yang mendominasi pilihan buku disana. Semua seller dengan bangganya mendekripsikan buku
bajakan yang menjadi dagangan mereka, bahkan terjadi perang harga diantara
mereka, wow...disitulah terkadang saya merasa sedih L. Dimana penjual buku asli? Mereka tersisihkan
jauh dibawah, karena harga mereka memang kalah bersaing dengan yang lainnya.
Tenang saja agan-agan sekalian, rejeki mah sudah ada yang mengatur, tetap
jalani hidup ini, lakukan yang terbaik
(aseeek...)
Sebagai bahan renungan
bagi sahabat yang masih menjadikan buku replika, buku KW, buku saudara kembar,
buku yang tertukar atau apapun istilahnya, nih ada beberapa hal untuk
direnungkan, dipahami, diresapi, syukur-syukur bisa dipertimbangkan saat kalian
mau membeli buku lagi
1. Setiap buku memiliki hak cipta penulisnya brooo....
Sebuah buku yang saat ini
kalian nikmati, tidak serta-merta ada. Pasti telah melalui perjalanan panjang
dan proses yang lama. Bisa kita bayangkan kerja keras penulisnya, dari
menangkap ide, mengkonsepnya, mengeditnya, mengajukan ke penerbit, merevisi
kembali, menentukan layout dan berbagai tahapan-tahapan yang tidak pernah
dipikirkan oleh oknum yang menggandakannya begitu saja. Dalam perjalanan penciptaan
sebuah karya bisa saja menyimpan banyak hal tentang penulisnya, cerita waktu
keluarga yang terbagi, ide yang mentok, deadline pressure, dan banyak
hal menarik yang semestinya kita hargai dan apresiasi dengan membeli karya
mereka secara terhormat, ya..saya lebih suka menyebutnya cara terhormat. So...please
guys, let’s respect them .
2.
Kualitas itu penting
Mungkin masih segar
dibenak kita beberapa hal yang tempo hari beredar di media sosial maupun media
elektronik tentang beredarnya beras palsu, obat palsu, minyak goreng palsu dan
kepalsuan-kepalsuan yang merugikan kita dan menguntungkan beberapa orang jahat
disana. Semua itu dijual dengan kualitas yang buruk dan membahayakan tubuh
kita. Pun begitu juga dengan buku. Sebagian buku bajakan yang dijual dipasaran
memiliki kualitas yang jauh lebih buruk dibanding aslinya. Cover yang jelas
berbeda dari sisi tekstur dan warnanya. Kertas yang digunakan untuk halaman
isinya juga jelas berbeda dengan versi ori, belum lagi kekuatan penjilidan yang
asal-asalan dan jumlah halaman yang terkadang tidak lengkap. Jika semua hal
itu bukanlah sebuah masalah bagi kita, pertanyaan berikutnya adalah,
seberapa berkualitas hidup kita saat ini? Bagi saya, kualitas itu penting
3. Masa
Depan generasi Penulis dan Pembaca ditentukan hari ini
Semua orang mungkin sadar
bahwa kita akan berakhir ketika waktunya telah tiba nanti. Jaman kita akan
digantikan dengan generasi baru dan peradaban barunya. Apa yang kita miliki
saat ini mungkin akan jadi catatan sejarah bagi mereka sebagaimana kita
mencatat kehidupan nenek moyang kita yang telah lampau. Tentu kita ingin
meninggalkan segala kenangan baik, tata peradaban yang baik dan memori yang
membuat mereka bangga dengan keberadaan kita. Sejarah telah mencatat bahwa buku merupakan salah satu bentuk
peninggalan yang tak pernah lekang oleh waktu. Keaslian sebuah buku merupakan
bukti bahwa kita adalah bangsa yang beradab, bangsa yang menghargai pemikiran
orang lain, bangsa yang besar dari menghargai jasa orang lain. Akankah generasi
masa depan akan tetap menikmati karya-karya original yang saat ini masih kita
nikmati? Atau mereka hanya bisa menikmati karya cipta palsu dengan segala
kepalsuanya? Tentukan pilihanmu saat ini demi generasi anak cucu kita nanti.
Wah tak terasa tulisan
ini sudah panjang bercerita, pdahal masih banyak yang ingin saya share masalah
buku bajakan ini, tapi saat ini cukup sampai segini aja ya. Jika sahabat
sekalian ingin menambahkan, memberi masukan, saran dan kritik,,,,silahkan komen
dibawah ya, matur nuwun
Wassalamu ‘ alaikum
sahabat
source and picture :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar