Assalamu 'alaikum sobat traveller...
Mumpung aye kerja masih di seputaran Jakarta nih, aye sering banget liat yang namanya ondel-ondel sedang dimainkan oleh anak-anak betawi secara berarakan dari kampung ke kampung, pertunjukan di Monas maupun dalam dalam sebuah acara resmi di Balai Kota. Ondel-ondel melekat erat dalam benak masyarakat betawi, bahkan menjadi sebuah identitas budaya orang Jakarte. (logat saya medok banget dari tadi hehehe)
Penasaran sebenarnya apa sih makna dari pertunjukan ondel-ondel itu sendiri, maka saya coba mengumpulkan informasi dari sana ke sini, dari sini ke sana, dan ini lah fakta menarik tentang Ondel-ondel :
Boneka ondel-ondel dibuat dari kertas dengan ukuran tinggi sekitar dua setengah meter. Bentuknya yang berwarna warni serta selalu tampil berpasangan. Kerangka ondel-ondel ini terbuat dari anyaman bambu sehingga ringan untuk di pikul. Bagian kepalanya dibuat topeng, sedang rambutnya terbuat dari ijuk yang dibalut dengan kertas berwarna warni sehingga mirip dengan rambut.
Tak hanya kota Jakarta saja yang mempunyai sejarah, namun ondel-ondel ini pun memiliki riwayat sejarah yang panjang. Konon boneka raksasa itu dahulunya sering diarak keliling kampung oleh warga Betawi. Ternyata awalnya ondel-ondel disebut Barongan, namun tak ada yang tahu pasti arti kata tersebut. Mungkin berasal dari kata Barengan yang berarti bareng-bareng atau sama-sama. Sebutan itu sebenarnya dari kalimat ajakan dalam logat Betawi “nyok, kite ngarak bareng-bareng, ”. Sejak kapan kemunculannya ondel-ondel ? Belum ada data valid tentang itu, namun yang jelas boneka raksasa ini sudah ada sejak atau bahkan jauh sebelum Vereenigde Oostindische Compagnie masuk ke Nusantara.
Seorang pedagang asal Inggris bernama W. Scot, mencatat dalam bukunya, jenis boneka seperti ondel-ondel sudah ada pada tahun 1605. Namun, karena perbedaan kultur dan budaya, Scot melihat tradisi Betawi terlihat asing dimatanya, sehingga bentuk penyampaian lisan maupun tulisan hanya berupa gambaran-gambaran secara kasat mata saja dan mengambil istilah-istilah yang relevan dengan bahasa bangsanya.
Seseorang asal Amerika bernama E.R. Schidmore yang datang di Batavia pada penghujung abad ke 19, melaporkan dalam bukunya, “Java, The Garden of The East”, tentang adanya pertunjukan seni di Betawi berupa tarian-tarian di jalanan, karena perbedaan latar budaya dan tradisi alhasil Schidmore tidak menyebut secara jelas apa jenis tarian yang bermain di jalanan itu. Namun dapat diperkirakan bahwa kesenian itu adalah ondel-ondel, mengingat tarian itu bermain di jalanan.
Dulunya sebelum dipertunjukkan ondel-ondel biasanya minta madat, namun karena madat atau ganja dilarang sebagai gantinya Ondel-ondel dikasih rokok lisong, dengan cara ditempelkan di mulutnya. Ondel-ondel pun sering digunakan untuk menolak bala atau roh jahat. Menurut kepercayaan orang-orang Betawi wabah seperti misalnya cacar akan hilang setelah orang-orang mengarak ondel-ondel keliling kampung.
Berkaitan dengan fungsinya, menurut keyakinan masyarakat, pembuatan ondel-ondel tidak sembarangan, harus melalui proses ritual tertentu. Sebelum proses pembuatan dimulai, pengrajin ondel-ondel akan menyediakan aneka sesaji berupa kemenyan, kembang tujuh rupa dan bubur sumsum. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar pembuatan ondel-ondel berjalan lancar dan roh yang bersemayam di boneka adalah roh baik.
Pembuatan ondel-ondel dengan menerapkan ritual seperti itu masih berlangsung hingga 1980-an. Namun setelah masa itu, proses ritual tersebut mulai ditinggalkan sejalan dengan bergesernya fungsi ondel-ondel. Seiring perkembangan zaman, ondel-ondel digunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat, hajatan perkawinan atau khitanan, serta untuk penyambutan tamu kehormatan, semisal pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun.
Nah, ketika masa kepemimpinan gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin (1966-1977), ondel-ondel dijadikan sebagai boneka seni khas Betawi. Ondel-ondel juga menjadi seni pertunjukan rakyat yang menghibur. Ketika melakukan pertunjukan, dengan menggoyang-goyangkan badan dan kepala yang menoleh ke kiri dan ke kanan, ondel-ondel sering kali diiringi musik khas Betawi saeperti tanjidor, pencak Betawi, bende, ningnong, rebana, dan ketimpring.
Ketika wajah kota Jakarta berubah menjadi lebih modern sekitar 1960-an hingga kini, wajah boneka raksasa itu tampilannya tidak lagi seram dan berbau mistis. Wajah dan gambaran dari ondel-ondel masa kini tampak lebih manis dan bersahabat. Hal itu sejalan dengan fungsi ondel-ondel yang berubah menjadi boneka penghibur bagi semua kalangan, termasuk anak-anak.
Bagi sobat yang kebetulan sedang atau akan merencanakan berwisata ke daerah Jakarta dan sekitarnya, sempatkan waktu untuk melihat pertunjukan ini, anda akan dibuat terkesima dengan permainan anak-anak betawi yang berputar-putar, memainkan alat musik dengan piawai, dan yang penting, budaya seperti ini harus tetap dilestarikan, diwariskan ke generasi selanjutnya, sayang sekali jika harus punah tergerus kemajuan zaman bukan?
sekian dulu dari saya, kesempatan berikutnya kita akan berbagi lagi sesuatu yang lebih keren lagi.
wassalamu 'alaikum
sumber : http://jakartapedia.bpadjakarta.net/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar